A.
Pengertian
Beberapa ahli memberikan
penjelasan mengenai pengertian nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh
tubuh untuk melakukan fungsinya yang berupa energi. Selain itu
energi juga dapat membangun dan memelihara jaringan dalam tubuh serta mengatur
proses kehidupan. Nutrisi digunakan untuk makanan sebagai pembentuk energi,
dimana setiap jaringan dalam tubuh bekerja dengan baik. Nutrisi juga dapat
dikatakan sebagai suatu proses organism yang menggunakan objek utamanya yaitu
makanan yang sering dikonsumsi dalam kondisi yang normal, dengan menggunakan
proses degesti, absorsi serta metabolisme yang pada nantinya akan membuang
beberapa zat yang memang tidak digunakan oleh tubuh.
B.
Fungsi
Nutrisi Bagi Tubuh
Berdasarkan pengertian
Nutrisi itu sendiri , zat ini memang menjadi asupan utama bagi tubuh seseorang
dalam melakukan berbagai kegiatan sebagai pembentuk energi penting. Fungsi
nutrisi itu sendiri juga beragam seperti sebagai proses pengambilan zat-zat makanan
yang penting, sebagai subtansi organik yang dibutuhkan organisme untuk bergerak
normal. Namun nutrisi sangat berbeda dari makanan yang kita makan tiap harinya,
nutiri adalah apa yang terkandung dalam makanan tersebut. Nutrisi juga berperan
aktif sebagai asupan makanan yang sehat bagi tubuh, tubuh setidaknya
mengkonsumsi beberapa jenis makanan setiap harinya. Tidak lantas kita
menyepelekan nutrisi, sebab tidak semua makanan memiliki nutrisi.
C.
Jenis-Jenis Nutrisi
Setelah mengetahui pengertian nutrisi, ada beberapa jenis
nutrisi yang memang perlu untuk diserap oleh kita tiap harinya. Seperti karbohidrat, jenis nutrisi ini adalah komposisi yang
terdiri dari elemen karbon,hydrogen serta oksigen. Jenis zat ini terdapat pada
beras, jagung, gandum, umbi-umbian. Ada lemak sebagai jenis nutrisi yang juga diperlukan oleh
tubuh kita, lemak berperan sebagai sumber energi yang dipadatkan. Ada protein yang merupakan konstituen pentinguntuk semua
sel-sel dalam tubuh. Vitamin juga menjadi sarana nutrisi yang tak kalah penting
untuk mengatur metabolisme dalam tubuh. Meniral serta air juga merupakan jenis
nutrisi yang penting bagi tubuh.
D.
Kebutuhan
nutrisi pada masa remaja
Tingginya kebutuhan
energi dan nutrien pada remaja dikarenakan perubahan dan pertambahan berbagai
dimensi tubuh (berat badan, tinggi badan), massa tubuh serta komposisi tubuh
sebagai berikut:
Ø Tinggi badan
Sekitar 15 – 20%
tinggi badan dewasa dicapai pada masa remaja.Percepatan tumbuh anak lelaki
terjadi lebih belakangan serta puncak ypercepatan lebih tinggi dibanding anak
perempuan. Pertumbuhan linear dapat melambat atau terhambat bila kecukupan
makanan / energi sangat kurang atau energy expenditure meningkat misal pada
atlet.
Ø Berat badan
Sekitar 25 – 50% final
berat badan ideal dewasa dicapai pada masa remaja.
Waktu pencapaian dan
jumlah penambahan berat badan sangat dipengaruhi yasupan makanan / energi dan
energy expenditure.
Ø Komposisi tubuh
Pada masa pra-pubertas
proporsi jaringan lemak dan otot maupun massa ytubuh tanpa lemak (lean body
mass) pada anak lelaki dan perempuan sama.Anak lelaki yang sedang tumbuh pesat,
penambahan jaringan otot lebih ybanyak daripada jaringan lemak secara
proporsional, demikian pula massa tubuh tanpa lemak dibanding anak perempuan.Jumlah
jaringan lemak tubuh pada orang dewasa normal adalah 23% pada yperempuan dan
15% pada lelaki.Sekitar 45% tambahan massa tulang terjadi pada masa remaja dan
pada yakhir dekade ke-dua kehidupan 90% massa tulang tercapai.Terjadi kegagalan
penambahan massa tulang pada perempuan dengan ypubertas terlambat sehingga
kepadatan tulang lebih rendah pada masa dewasa. Nutrisi merupakan salah satu
faktor lingkungan yang turut menentukan awitan pubertas.Pemantauan pertumbuhan
selama pubertas dapat menggunakan indeks TB/U, BB/TB dan IMT/U (indeks massa
tubuh menurut umur). Rumus IMT = BB/TB.
E.
Nutrisi
pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi beberapa hal di bawah ini:
Ø Mengandung nutrien yang diperlukan untuk
pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif serta maturasi seksual.
Ø Memberikan cukup cadangan bila sakit atau
hamil.Mencegah awitan penyakit terkait makanan seperti penyakit kardiovaskular,
diabetes, osteoporosis dan kanker.
Ø Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.Pada
remaja yang sedang mengalami pertumbuhan fisik pesat serta perkembangan dan
maturasi seksual, pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan hal yang mutlak dan
hakiki.
F.
Defisiensi
energi dan nutrien yang terjadi pada masa ini dapat berdampak negatif yang
dapat melanjut sampai dewasa. Kebutuhan nutrisi remaja dibahas berikut ini:
Ø Energi
Kebutuhan energi
remaja dipengaruhi oleh aktivitas, metabolisme basal dan peningkatan kebutuhan
untuk menunjang percepatan tumbuh-kembang masa remaja. Metabolisme basal (MB)
sangat berhubungan erat dengan jumlah massa tubuh tanpa lemak (lean body mass)
sehingga MB pada lelaki lebih tinggi daripada perempuan yang komposisi tubuhnya
mengandung lemak lebih banyak. Karena usia saat terjadinya percepatan tumbuh
sangat bervariasi, maka perhitungan kebutuhan energi berdasarkan tinggi badan
(TB) akan lebih sesuai.Percepatan tumbuh pada remaja sangat rentan terhadap
kekurangan energi dan nutrien sehingga kekurangan energi dan nutrien kronik
pada masa ini dapat berakibat terjadinya keterlambatan pubertas dan atau
hambatan pertumbuhan.
Ø Protein
Kebutuhan protein pada
remaja ditentukan oleh jumlah protein untuk rumatan masa tubuh tanpa lemak dan
jumlah protein yang dibutuhkan untuk peningkatan massa tubuh tanpa lemak selama
percepatan tumbuh. Kebutuhan protein tertinggi pada saat puncak percepatan
tinggi terjadi (perempuan 11-14 tahun, lelaki 15-18 tahun) dan kekurangan
asupan protein secara konsisten pada masa ini dapat berakibat pertumbuhan
linear berkurang, keterlambatan maturasi seksual serta berkurangnya akumulasi
massa tubuh tanpa lemak.
Ø Karbohidrat
Karbohidrat merupakan
sumber energi utama dalam makanan, selain juga sebagai sumber serat makanan.
Jumlah yang dianjurkan adalah 50% atau lebih dari energi total serta tidak
lebih dari 10-25% berasal dari karbohidrat sederhana seperti sukrosa atau
fruktosa.
Di Amerika Serikat,
konsumsi minuman ringan (soft drinks) memasok lebih dari 12% kalori yang
berasal dari karbohidrat dan konsumsinya meningkat 3 kali lipat pada dua dekade
terakhir ini. Penelitian Josep di Jakarta (2010) pada remaja siswa SMP
didapatkan bahwa siswa yang mengonsumsi minuman bersoda 3-4 kali per minggu
berisiko untuk terjadi gizi lebih.
Ø Lemak
Tubuh manusia
memerlukan lemak dan asam lemak esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan
normal. Pedoman makanan di berbagai negara termasuk Indonesia (gizi seimbang),
menganjurkan konsumsi lemak tidak lebih dari 30% dari energi total dan tidak
lebih dari 10% berasal dari lemak jenuh.Sumber utama lemak dan lemak jenuh
adalah susu, daging (berlemak), keju, mentega / margarin, dan makanan seperti
cake, donat, kue sejenis dan es krim, dan lain-lain.
Ø Mineral
Kalsium (Ca).
Kebutuhan kalsium pada masa remaja merupakan yang tertinggi dalam kurun waktu
kehidupan karena remaja mengalami pertumbuhan skeletal yang dramatis. Sekitar
45% dari puncak pembentukan massa tulang berlangsung pada masa remaja, sehingga
kecukupan asupan kalsium menjadi sangat penting untuk kepadatan masa tulang
serta mencegah risiko fraktur dan osteoporosis. Pada usia 17 tahun, remaja
telah mencapai hampir 90% dari masa tulang dewasa, sehingga masa remaja
merupakan peluang (window of opportunity) untuk perkembangan optimal tulang dan
kesehatan masa depan.Angka kecukupan asupan kalsium yang dianjurkan untuk
kelompok remaja adalah 1.300 mg per hari. Susu merupakan sumber kalsium
terbaik, disusul keju, es krim, yogurt. Kini banyak makanan dan minuman yang
difortifikasi dengan kalsium yang setara dengan kandungan kalsium pada susu
(300mg per saji). Terdapat pula kalsium dalam bentuk sediaan farmasi (dalam
bentuk karbonat, sitrat, laktat atau fosfat) dengan absorpsi sekitar 25-35%.
Preparat kalsium akan diabsorpsi lebih efisien bila dikonsumsi bersama makanan
dengan dosis tidak lebih dari 500 mg.
Zat besi (Fe). Seperti halnya kalsium,
kebutuhan zat besi pada remaja baik perempuan maupun lelaki meningkat sejalan
dengan cepatnya pertumbuhan dan bertambahnya massa otot dan volume darah. Pada
remaja perempuan kebutuhan lebih banyak dengan adanya menstruasi. Kebutuhan
pada remaja lelaki 10-12 mg/hari dan perempuan 15 mg/hari. Besi dalam bentuk
‘heme’ yangterdapat pada sumber hewani lebih mudah diserap dibanding besi
non-heme yang terdapat pada biji-bijian atau sayuran.
Seng (Zn).Seng
berperan sebagai metalo-enzyme pada proses metabolisme serta penting pada
pembentukan protein dan ekspresi gen. Konsumsi seng yang adekuat penting untuk
proses percepatan tumbuh dan maturasi seksual. Seperti halnya dengan kekurangan
energi dan protein, kekurangan seng dapat mengakibatkan hambatan pada
pertumbuhan dan kematangan seksual. Daging merah, kerang dan biji-bijian utuh
merupakan sumber seng yang baik.
Ø Vitamin
Vitamin A. Selain
penting untuk fungsi penglihatan, vitamin A juga diperlukan untuk pertumbuhan,
reproduksi dan fungsi imunologik. Kekurangan vitamin A awal ditandai dengan
adanya buta senja. Sumber vitamin A utama : serealia siap saji, susu, wortel,
margarin dan keju. Sumber β- karoten sebagai pro-vitamin A yang sering
dikonsumsi remaja berupa wortel, tomat, bayam dan sayuran hijau lain, ubi jalar
merah dan susu.
Vitamin E. Vitamin E
dikenal sebagai antioksidan yang penting pada remaja karena pesatnya
pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin E merupakan
tantangan karena makanan sumber vitamin E umumnya mengandung lemak tinggi.
Vitamin C .
Keterlibatannya dalam pembentukan kolagen dan jaringan ikat menyebabkan vitamin
ini menjadi penting pada masa percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Status
vitamin C pada remaja perokok lebih rendah walaupun telah mengonsumsinya dalam
jumlah cukup dikarenakan stres oksidatif sehingga mereka memerlukan tambahan
vitamin C hingga 35 mg per hari.
Folat. Folat berperan
pada sintesis DNA, RNA dan protein sehingga kebutuhan folat meningkat pada masa
remaja. Kekurangan folat menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik dan
kecukupan folat pada masa sebelum dan selama kehamilan dapat mengurangi
kejadian spina bifida pada bayi.
Ø Lain-lain
Serat (fiber). Serat
makanan penting untuk menjaga fungsi normal usus dan mungkin berperan dalam
pencegahan penyakit kronik seperti kanker, penyakit jantung koroner dan
diabetes mellitus tipe-2. Asupan serat yang cukup juga diduga dapat menurunkan
kadar kolesterol darah, menjaga kadar gula darah dan mengurangi risiko
terjadinya obesitas. Kebutuhan serat per hari dapat dihitung dengan rumus : (
umur + 5 ) gram dengan batas atas sebesar ( umur + 10 ) gram.
G.
Masalah
nutrisi pada remaja
Masalah nutrisi utama
pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia defisiensi zat
besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek maupun
gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali
berkaitan dengan perilaku makan salah dan gaya hidup.Laporan hasil beberapa
penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kebanyakan remaja kekurangan
vitamin dan mineral dalam makanannya antara lain folat, vitamin A dan E, Fe,
Zn, Mg, kalsium dan serat. Hal ini lebih nyata pada perempuan dibanding lelaki,
tetapi sebaliknya tentang asupan makanan yang berlebih (lemak total, lemak jenuh,
kolesterol, garam dan gula) terjadi lebih banyak pada lelaki daripada
perempuan.
H.
Isu
masalah nutrisi pada remaja
Ø Defisiensi besi,
anemia defisiensi besi
dan defisiensi mikronutrien lain.Anemia merupakan masalah nutrisi utama pada
remaja dan umumnya pola makan salah sebagai penyebabnya di samping infeksi dan
menstruasi. Prevalensi anemia pada remaja cukup tinggi. Sukarjo dkk di Jawa
Timur (2001) mendapatkan prevalensi sebesar 25.8% pada remaja perempuan dan
12.1% pada remaja lelaki usia 12-15 tahun, sedangkan laporan Sunarno dan Untoro
(2002) pada SKRT 1995 menunjukkan angka 45.8% dan 57.1% masing-masing pada anak
sekolah lelaki dan perempuan usia 10-14 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya hubungan defisiensi besi dengan gangguan proses kognitif yang membaik
setelah mendapat suplementasi zat besi.
Ø Gizi kurang dan perawakan pendek
Perawakan pendek pada
remaja seringkali ditemukan pada populasi dengan kejadian malnutrisi tinggi,
prevalensi berkisar antara 27 - 65% pada 11 studi oleh ICRW (International
Centre for Research on Women). Gizi kurang kronik yang mengakibatkan perawakan
pendek merupakan penyebab terjadinya hambatan pertumbuhan dan maturasi,
memperbesar risiko obstetrik, dan berkurangnya kapasitas kerja.
Ø Obesitas
Obesitas pada masa
remaja cenderung menetap hingga dewasa dan makin lama obesitas berlangsung
makin besar korelasinya dengan mortalitas dan morbiditas. Obesitas sentral
(rasio lingkar pinggang dengan panggul) terbukti berkorelasi terbalik dengan
profil lipid padal penelitian longitudinal Bogalusa. Obesitas juga menimbulkan
masalah besar kesehatan dan sosial, dan pengobatan tidak saja memerlukan biaya
tinggi tetapi seringkali juga tidak efektif. Karenanya pencegahan obesitas
menjadi sangat penting dan remaja merupakan target utama.
Ø Perilaku dan pola makan remaja.
Pola makan remaja
seringkali tidak menentu yang merupakan risiko terjadinya masalah nutrisi. Bila
tidak ada masalah ekonomi ataupun keterbatasan pangan, maka faktor psiko-sosial
merupakan penentu dalam memilih makanan. Gambaran khas pada remaja yaitu :
pencarian identitas, upaya untuk ketidaktergantungan dan diterima
lingkungannya, kepedulian akan penampilan, rentan terhadap masalah komersial
dan tekanan dari teman sekelompok (peer group) serta kurang peduli akan masalah
kesehatan, akan mendorong remaja kepada pola makan yang tidak menentu tersebut.
Kebiasaan makan yang sering terlihat pada remaja antara lain ngemil (biasanya
makanan padat kalori), melewatkan waktu makan terutama sarapan pagi, waktu
makan tidak teratur, sering makan fast foods, jarang mengonsumsi sayur dan buah
ataupun produk peternakan (dairy foods) serta diet yang salah pada remaja
perempuan. Hal tersebut dapt mengakibatkan asupan makanan tidak sesuai
kebutuhan dan gizi seimbang dengan akibatnya terjadi gizi kurang atau malahan
sebaliknya asupan makanan berlebihan menjadi obesitas. Remaja perempuan
cenderung pada asupan makanan yang kurang, terlebih bila terjadi kehamilan.Di
negara berkembang, sering terjadi gangguan perilaku makan seperti anoreksia
nervosa dan bulimia terutama pada perempuan yang berkorelasi dengan body image
yang negatif. Karenanya penting membangun body image dan self esteem yang
positif pada remaja dalam upaya promosi kesehatan dan gizi serta pencegahan
obesitas.
I.
Kesimpulan
Fenomena pertumbuhan
pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi agar tercapai potensi
pertumbuhan secara maksimal. Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada masa ini
dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual dan hambatan pertumbuhan
linear.
Pada masa ini pula
nutrisi penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang terkait nutrisi
pada masa dewasa kelak, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan
osteoporosis.
Masalah nutrisi utama
pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia defisiensi zat
besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek maupun
gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali
berkaitan dengan perilaku makan salah dan gaya hidup.
J.
Daftar
Pustaka
·
Stang J,
Story M (eds) Guidelines for Adolescent Nutrition Service (2005) diunduh dari
http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.htm
·
Blum RW.
Global trends in adolescent health. J Amer Med Assoc 1991;265:2711-9
·
Haider R.
Adolescent Nutrition: A review of the Situation in Selected South-East Asian
Countries. WHO 2006.
·
Story M,
Stang J. Nutrition needs of adolescents. In: Stang J, Story M (eds) Guidelines
for Adolescent Nutrition Service (2005) diunduh dari
http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.htm
·
Rome ES,
Vazquez IM, Blazar NE. Adolescence: healthy and disordered eating. Dalam:
Walker WA, Watkins JB, Duggan C, penyunting. Nutrition in pediatrics: basic
science and applications. Edisi ke-3. London: Decker, 2003. h. 861-77
·
Kennedy E,
Goldberg J. What are American children eating? Implication for public policy.
Nutr Rev 1995;53(5):111-26
·
Harrington
S. The Role of Sugar-Sweetened Beverage Consumption in Adolescent Obesity: A
Review of the Literature. The Journal of School Nursing 2008;24(1):3-12
·
Josep R.
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan perilaku konsumsi minuman manis pada
siswa SMP : Sebuah survei di salah satu SMP swasta di Jakarta. Tugas penelitian
di Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Dept I.Kesehatan Anak, FKUI (2010)
·
Soekarjo
DD, de Pee S, Bloem MW, et al. Socio-economic status and puberty are the main
factors detemining anaemia in adolescent girls and boys in East-Java,
Indonesia. Eur J Clin Nutr. 2001;55(11):932-9
·
Sunarno
RW, Untoro R. Paper dipresentasikan di WHO Regional Meeting on Adolescent
Nutrition ln Chandigarh, India, 16-17 September 2002.
·
Nelson M.
Anaemia in adolescent girls: effects on cognitive function and activity. Proc
Nutr Soc 1996;55:359-67
·
Kurz KM,
Johnson-Welch C. The nutrition and lives of adolescents in developing
countries: Findings from the nutrition of adolescent girls research program.
ICRW , 1994. Dikutip dari Delisle H. Should adolescents be specifically
targeted for nutrition in developing countries? To addresswhich problem and
how? Diunduh dari http://www.idpas.org/pdf/1803ShouldAdolescentBeTargeted.pdf
·
Freedman
DS, Dietz WH, Srinivasan SR, Berenson GS. The Relation of Overweight to
Cardiovascular Risk Factors Among Children and Adolescents: The Bogalusa Heart
Study Pediatrics 1999;103(6):1175-82
·
Delisle H.
Should adolescents be specifically targeted for nutrition in developing
countries? To addresswhich problem and how? Diunduh dari
http://www.idpas.org/pdf/1803ShouldAdolescentBeTargeted.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar