BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Di Indonesia
hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145 kasus. Untuk data di
Jawa Tengah, mayoritas penderita selama bulan Januari - Desember 2007
diperkirakan 425 penderita. Peningkatan angka kejadian Penyakit Hernia
Inguinalis Lateralis di Indoneisa khusunya Provinsi Jawa Tengah bisa disebabkan
karena ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dengan pesat, sejalan
dengan hal tersebut, maka permasalahan manusiapun semakin kompleks, salah satunya
yaitu kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Hal tersebut menuntut manusia
untuk berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha yang ekstra, tentunya itu
mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja tubuh
yang berat yang dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ
tubuh. Penyebab penyakit hernia yaitu dengan bekerja berat untuk memenuhi
kebutuhan seperti mengangkat benda berat, kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang
serat, yang dapat menyebabkan konstipasi sehingga mendorong mengejan saat
defekasi. Selain itu, batuk, kehamilan, dapat juga berpengaruh dalam
meningkatkan tekanan intra abdominal sehingga terjadi kelemahan otot “otot
abdomen yang dapat menimbulkan terjadinya hernia inguinalis, yang dapat menjadi
hernia scrotalis bila kantong hernia inguinalis mencapai scrotum. Bisa juga
karena orang yang mempunyai penyakit dengan tonjolan dilipat paha kemudian
dibawa ke dukun sebelum dibawa ke rumah sakit atau dokter. Ada pula sebagian
masyarakat yang merasa malu bila diketahui mempunyai penyakit demikian,
sehingga hal-hal inilah yang kadang kala memperlambat penanganan penyakit dan
khususnya hernia. Dapat juga karena sebab didapat atau anomali congenital. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Batang jumlah kasus Hernia Inguinalis
pada bulan Januari - Desember tahun 2009 - 2010 terdapat 187 kasus. Dari 187
kasus, 138 kasus sudah dilakukan operasi hernia ingunalis, sedangkan 49 kasus
tanpa tindakan operasi. Dan dari 187 kasus 91 kasus terjadi pada tahun 2009 dan
pada tahun 2010 ada 96 kasus. Berkaitan dengan meningkatnya angka kejadian
hernia inguinalis setiap tahunnya baik karena faktor lanjut usia maupun faktor
pekerjaan berat yang mempengaruhi kelemahan otot dinding rongga perut serta
kelelahan dari berbagai organ tubuh
Penyakit hernia, atau
yang lebih dikenal dengan turun berok,
adalah penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan
otot dinding perut. Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama
anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri, jika terjadi infeksi
di dalamnya, misalnya, jika anak-anak penderitanya terlalu aktif.
Berasal
dari bahasa Latin, herniae, yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan
ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong
dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan
isi yang keluar berupa bagian dari usus.
Hernia
yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar.
Sementara pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga
perut dan karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Penyakit
hernia banyak diderita oleh orang yang tinggal didaerah perkotaan yang notabene
yang penuh dengan aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas tersebut
membutuhkan stamina yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus dipaksakan
maka, penyakit hernia akan segera menghinggapinya.
Untuk itu perlu adanya
pembahasan tentang penyakit hernia agar pembaca khususnya penderita penyakit
hernia dapat lebih jelas mengenai penyakit hernia sehingga pertumbuhan penyakit
hernia dapat berkurang dengan adanya kesadaran pengetahuan tentang penyakit
hernia.
B. RUMUSAN
MASALAH
Pengertian,
etiologi, klasifikasi, pathway / patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan hernia.
C. TUJUAN
a. Tujuan
Umum
Mahasiswa
dapat mengetahui asuhan keperawatan Hernia secara komprehensif.
b. Tujuan
khusus
Mahasiswa
dapat mengetahui :
1. Pengertian
hernia
2. Klasifikasi
hernia
3. Etiologi
hernia
4. Tanda
dan gejala hernia
5. Pathway/patofisiologi
hernia
6. Pemeriksaan
penunjang hernia
7. Penatalaksanaan
hernia
8. Komplikasi
hernia
9. Managemen
keperawatan klien hernia
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Pengertian
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang
normal malalui sebuah defek konsenital atau
yang didapat. (Long, 1996 : 246). Hernia adalah suatu keadaan
menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang. (Oswari, 2000 : 216).
Hernia
adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga
yang secara normal memang berisi
bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 :
253). Hernia inguinalis adalah
hernia isi perut yang tampak di
daerah sela paha
(regio inguinalis). (Oswari,2000 : 216).
Hernia
adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis
berobliterasi (paten). (Mansjoer, Arief, 200 : 382)
B. KLASIFIKASI
Banyak sekali
penjelasan mengenai klasifikasi
hernia menurut macam, sifat dan
proses terjadinya. Berikut ini penjelasannya :
Macam-macam hernia :
a. Macam-macam
hernia ini di
dasarkan menurut letaknya, seperti :
1. Inguinal.
Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi
:
· Indirek/lateralis:
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus
melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun
ke skrotum. Umumnya pasien mengatakan turun berok, burut atau kelingsir atau
mengatakan adanya benjolan di selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut bisa
mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau mengangkat
benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.
· Direk/medialis:
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal
seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini
karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju
anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan
bila pasien berdiri atau mengejan,
tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum,
maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus
spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat
adanya massa bundar pada
anulusinguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena
besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.
2. Femoral
: Hernia femoralis terjadi melalui cincin
femoral dan lebih umum pada wanita
daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar
dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung
kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan
strangulasi dengan tipe hernia ini.
3. Umbilikal
: Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita
multipara. Tipe hernia ini terjadi pad
sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena
masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem
atau kegemukan.
4. Incisional
: batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
b. Berdasarkan
terjadinya, hernia dibagi atas :
1. Hernia
bawaan atau kongenital
Patogenesa pada jenis
hernia inguinalis lateralis (indirek): Kanalis inguinalis adalah kanal yang
normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui
kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak
menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan
juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul
hernia inguinalis lateralis
kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal
tersebut dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
2. Hernia
dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat).
c. Menurut
sifatnya, hernia dapat disebut :
1. Hernia
reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia
ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium
kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan
karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia
strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara),
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti
isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali
ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan
pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan
untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi
disebut sebagai “hernia strangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena
tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini
merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera. (
Long, 1996 )
C. ETIOLOGI
a. Hernia
Inguinalis / Congenital
Hernia
inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Lebih banyak pada pria ketimbang pada wanita. Faktor yang dipandang
berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian
tekanan di dalam rongga perut (karena kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat
benda berat, mengejan pada saat defekasi dan miksi misalnya akibat hipertropi
prostat) dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Adanya
prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya
hernia tetapi diperlukan faktor lain seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
Tekanan intraabdominal yang meninggi
secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi prostat, konstipasi dan
ansietas sering disertai hernia
inguinalis.
Secara
patofisiologi hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas
kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat
kongenital. Hernia inkarserata terjadi bila usus yang prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai
darah ke kantong skrotum, kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala
obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada
feces, muntah). Kelemahan otot dinding
perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis dan n.iliofemoralis
setelah apendiktomi.
b. Hernia
Femoralis
Umumnya
dijumpai pada wanita tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali laki-laki.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Secara patofisiologis
peninggian tekanan intra abdominal akan mendorong lemak pre peritoneal ke dalam
kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor
penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan
ikat karena usia lanjut. Etiologi hernia yang lain :
·
Ada factor predisposisi
·
Kelemahan struktur
aponeurosis dan fascia tranversa
·
Pada orang tua karena
degenerasi/atropi Tekanan intra abdomen meningkat Pekerjaan mengangkat
benda-benda berat Batuk kronik
·
Gangguan BAB, missal
struktur ani, feses keras
·
Gangguan BAK, mis: BPH,
veskolitiasis
·
Sering melahirkan:
hernia femoralis (Oswari, 2000)
D. TANDA
GEJALA
a. Nyeri
abdomen generalisata
b. Adanya
benjolan di selakangan atau kemaluan ( lipat paha ) pada hernia femoralis.
c. Mual
muntah
d. Hernia
femoralis juga mungkin berisi kandung kencing, sehingga menimbulkan gejala
sakit kencing atau disuria.
e. Bila
pasien mengejan atau batuk, benjolan hernia akan membesar. (Mansjoer, 2005)
E. PATOFISIOLOGI
Hernia
berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan
pada saat mengangkat sesuatu yang berat,
pada saat buang air besar atau batukyang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada
daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin
disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses
perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama
terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia.
Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat
parah, sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka
berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren. (Oswari, 2000).
Pembedahan
sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi akan
terjadi komplikasi. Akibat dari keadaan post operatif seperti peradangan,
edema, dan pendarahan, sering terjadi pembengakakan skrotum setelah perbaikan
hernia. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan
membuat pasien tidak nyaman. Peradangan tersebut menyebabkan vasokontriksi
vaskuler sehingga aliran darah menjadi berlebihan dan menekan sistem syaraf. (
Long, 1996 )
Hernia inguinalis
dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat. Insiden hernia
meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang
meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding
perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini
tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih
vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan
lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut
sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering
menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen
(Nettina, 2001).
F. PATHWAY
|
G. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
·
Radiologi, foto abdomen dengan
kontras barium, flouroskopi : Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas
dalam usus/obstruksi usus.
·
Hitung darah lengkap dan serum
elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit),
peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan
ketidak seimbangan elektrolit. (ppni-klaten.com)
H. PENATALAKSANAAN
MEDIS
a. Terapi
konservatif/non bedah meliputi :
·
Pengguanaan alat
penyangga bersifat sementara seperti pemakaian sabuk/korset pada hernia
ventralis.
·
Dilakukan reposisi
postural pada pasien dengan Hernia inkaseata yang tidak menunjukkan gejala
sistemik.
·
Pengobatan dengan
pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi
infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
·
Diet cairan sampai
saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang
dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengadan selama BAB, hindari
kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk
gejala-gejala.
·
Hindari
aktivitas-aktivitas yang berat.
b. Terapi
umum adalah terapi operatif.
Tindakan
bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi
(menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia
dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada
bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung
dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan
ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to
end”.
·
Pra Operasi
-
Cegah menangis
-
Beri posisi semi-fowler (H. Diafragmatik), terlentang (H.
Femoralis)
-
Lakukan perawatan rutin jalur IV. Pengisapan NG. Puaskan
-
Hindari tindakan sendiri (mis. Siagen, koin)
-
Jaga agar kontong atau visera tetap lembab
-
Gunakan tindakan kenyamanan
·
Pasca Operasi
-
Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
-
Berikan tindakan kenyamanan
-
Dukungan orang tua
c. Jika
suatu operasi daya putih isi Hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 mennit di evaluasi kembali.
d. Jika
ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat sebaiknya digunakan
marleks untuk menguatkan
dinding perut setempat.
e. Teknik
hernia plastik, endoskopik merupakan
pendekatan dengan pasien berbaring dalam posisi trendelernberg 40 OC.
I. KOMPLIKASI
a. Hernia
berulang
b. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika
pasien laki-laki
c. Pendarahan
yang berlebihan / infeksi luka bedah
d. Luka
pada usus (jika tidak hati-hati)
e. Setelah
herniografi dapat terjadi hematoma
f. Fostes
urin dan feses
g. Komplikasi
lama merupakan atropi testis karena lesi.
J. MANAGEMEN
KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Pengkajian
pasien pra operatif
·
Biodata / Identitas
·
Pengkajian gastro
intestinal
a. Status
hidrasi
b. Turgor
kulit
c. Membran
mukosa
d. Intake
dan output
·
Abdomen
a. Nyeri
b. Bising
usus
c. Kembung
d. Sistensi
abdomen
e. Muntah
frekhdensi dan karakteristik
f. Kram
dan tenesinus
·
Psikososial
a. Ketabahan
b. Rewel
c. Status
emosional
2. Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 2000) adalah
meliputi :
·
Sirkulasi
Gejala : riwayat
masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis
vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
·
Integritas ego
Gejala : perasaan
cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya
financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat,
peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
·
Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM,
(predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas);
membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra
operasi).
·
Pernapasan
Gejala : infeksi,
kondisi yang kronis/batuk, merokok.
·
Keamanan
Gejala : alergi/sensitive
terhadap obat, makanan, plester, dan larutan; Defisiensi immune (peningkaan
risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan); Munculnya kanker / terapi
kanker terbaru; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi;
Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat- darah / reaksi
transfuse
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ;demam.
·
Penyuluhan /
Pembelajaran
Gejala : pengguanaa
antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,
antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi,
antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat obatan
rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan
diri pasca operasi).
3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi daerah inguinal dan femoral. Meskipun hernia dapat
didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian daripadanya,
melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di daerah
inguinal. Biasanya, impuls hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba.
Suruhlah pasien memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.
Lakukanlah inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya
benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat
benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini
dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk,
tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakkan jari
telunjuk kanan pemeriksa didalam skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit
skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak untuk mencapai
cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap keluar
dan bantalan jari kedalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul
kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus
mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal sejajar
dengan ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal
eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin
eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di
dalam kanal inguinal, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan
batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang
menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika ada hernia, suruh pasien
berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan
tekanan yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan hernia
dilakukan dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan
perlahan-lahan, tindakan ini tidak menimbulkan nyeri.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan
memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa
lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan
jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini
dan lihatlah cara mana yang anda rasa lebih nyaman.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus
cahaya, suatu hernia inguinal indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi
massa itu dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum,
suatu tanda yang berguna untuk menegakkan dignosis hernia inguinal indirek. (
Sabiston, 1994 )
b. Diagnosa
Keperawatan yang sering muncul
Periode pre-operatif :
·
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.
Periode post-operatif
(Doenges, 2000).
·
Gangguan rasa nyaman
(nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
·
Resiko terjadi infeksi
berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
·
Gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri post operasi.
·
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan umum.
·
Kecemasan (ansietas )
berhubungan dengan prosedur pembedahan.
c. Diagnosa
perawatan Pre Operatif
Periode pre-operatif :
a. Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.
Tujuan : Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Kriteria Hasil :
-
Nafsu makan bertambah
-
Berta badan ideal
-
Nilai bising usus normal ( 6-12x per
menit )
INTERVENSI
§ Kaji
pola nutrisi klien
Rasional : membantu
pemberian intake makanan
§ Anjurkan
klien makan sedikit tapi sering
Rasional :
meminimalisir kekurangan nutrisi
§ Catat
laporan mengenai mual, muntah, atau distensi abdomen
Rasional : membantu
dalam penegakan diagnosis
§ Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat antiemetik seperti ranitidine.
Rasional : mengurangi
reflek mual yang menyebabkan muntah.
Periode Post Operasi
(Doengoes 2000)
a. Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan
operasi.
Tujuan : Nyeri hilang
atau berkurang
Kriteria Hasil :
-
klien mengungkapkan rasa
nyeri berkurang
-
tanda-tanda vital
normal
-
pasien tampak tenang
dan rileks
INTERVENSI
§ pantau tanda-tanda vital,
intensitas/skala nyeri
Rasional : Mengenal dan
memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
§ Anjurkan
klien istirahat ditempat tidur
Rasional : istirahat
untuk mengurangi intesitas nyeri
§ Atur
posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang
tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
§ Ajarkan
teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : relaksasi
mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman
§ Kolaborasi
untuk pemberian analgetik.
Rasiona : analgetik
berguna untuk mengurangi nyeri sehingga
pasien menjadi lebih nyaman.
b. Resiko
terjadinya infeksi berhubungan dengan
luka insisi bedah/operasi.
Tujuan : tidak ada
infeksi
Kriteria hasil :
-
tidak ada tanda-tanda
infeksi seperti pus.
-
luka bersih tidak
lembab dan kotor.
-
Tanda-tanda vital
normal
INTERVENSI
§ Pantau
tanda-tanda vital.
Rasional : Jika ada
peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan
adanya gejala infeksi karena
tubuh berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi
peningkatan tanda vital.
§ Lakukan
perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : perawatan
luka dengan teknik aseptik mencegah risiko infeksi.
§ Lakukan
perawatan terhadap prosedur
inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
Rasional : untuk mengurangi
risiko infeksi nosokomial.
§ Jika
ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan
leukosit.
Rasional : penurunan Hb
dan peningkatan jumlah leukosit dari normal membuktikan
adanya tanda-tanda infeksi.
§ Kolaborasi
untuk pemberian antibiotik.
Rasional : antibiotik
mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
c. Gangguan pola
tidur berhubungan dengan
nyeri post operasi.
Tujuan : pasien dapat
tidur dengan nyaman
Kriteria hasil :
-
pasien mengungkapkan
kemampuan untuk tidur.
-
pasien tidak
merasa lelah ketika bangun tidur
-
kualitas dan kuantitas
tidur normal
INTERVENSI
Mandiri :
§ Berikan
kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak, anjurkan latihan pada siang hari,
turunkan aktivitas mental / fisik pada
sore hari.
Rasional : Karena
aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat
mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan
yang meningkatkan waktu tidur.
§ Hindari
penggunaan ”Pengikatan” secara terus
menerus
Rasional : Risiko
gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.
§ Evaluasi
tingkat stres/orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.
Rasional : Peningkatan
kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif (sindrom
sundowner) dapat melanggar pola tidur
yang mencapai tidur pulas.
§ Lengkapi
jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan
pada pasien bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur.
Rasional : Pengatan
bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan. Catatan :
Penundaan waktu tidur mungkin diindikasikan untuk memungkin pasien membuang
kelebihan energi dan memfasilitas tidur.
§ Berikan
makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung.
Rasional : Meningkatkan
relaksasi dengan perasan mengantuk
§ Turunkan
jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.
Rasional : Menurunkan
kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar mandi/berkemih selama malam hari.
§ Putarkan musik
yang lembut atau
”suara yang jernih
Rasional : Menurunkan
stimulasi sensori dengan menghambat suara-suara lain dari lingkungan sekitar
yang akan menghambat tidur nyeyak.
Kolaborasi :
§ Berikan
obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti amitriptilin (Elavil); deksepin (Senequan) dan trasolon
(Desyrel).
Rasional : Mungkin
efektif dalam menangani pseudodimensia atau depresi, meningkatkan kemampuan
untuk tidur, tetapi anti kolinergik dapat mencetuskan dan memperburuk kognitif
dalam efek samping tertentu (seperti
hipotensi ortostatik) yang membatasi manfaat yang maksimal.
§ Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam
(Halcion).
Rasional : Gunakan
dengan hemat, hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam mengatasi insomia
atau sindrom sundowner.
§ Hindari
penggunaan difenhidramin (Benadry1).
Rasional : Bila
digunakan untuk tidur, obat ini sekarang dikontraindikasikan karena obat ini mempengaruhi
produksi asetilkon yang sudah dihambat dalam otak pasien dengan DAT ini.
d. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : klien dapat
melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil :
-
perilaku menampakan
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
-
pasien mengungkapkan
mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
-
Koordinasi otot, tulang
dan anggota gerak lainya baik.
INTERVENSI
§ Rencanakan
periode istirahat yang cukup.
Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan,
dan energi terkumpul dapat digunakan
untuk aktivitas seperlunya secara optimal.
§ Berikan
latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional :
tahapan-tahapan yang diberikan membantu
proses aktivitas secara perlahan
dengan menghemat tenaga namun tujuan
yang tepat, mobilisasi dini.
§ Bantu pasien
dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
Rasional : mengurangi
pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
§ Setelah latihan
dan aktivitas kaji respons pasien.
Rasional : menjaga
kemungkinan adanya respons abnormal dari
tubuh sebagai akibat dari latihan.
e. Kecemasan
( ansietas ) berhubungan dengan tindakan pembedahan
Tujuan : setelah di
lakukan tindakan keperawatan, kecemasan teratasi.
Kriteria : Klien tampak
rileks
INTERVENSI :
§ Berikan
informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan.
Rasional : mengetahui
apa yang di harapkan, dapat mengurangi kecemasan.
§ Evaluasi
tingkat kecemasan, catat respon verbal dan non verbal.
Rasional : kecemasan
dapat terjadi karena nyeri hebat.
§ Berikan
medikasi kolaborasi dengan tim medis : diazepam.
Rasional : zat anti
ansietas berguna untuk periode singkat menurunkan kecemasan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Di Indonesia
hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145 kasus. Untuk data di
Jawa Tengah, mayoritas penderita selama bulan Januari - Desember 2007
diperkirakan 425 penderita.
Berdasarkan
data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Batang jumlah kasus Hernia Inguinalis
pada bulan Januari - Desember tahun 2009 - 2010 terdapat 187 kasus. Dari 187
kasus, 138 kasus sudah dilakukan operasi hernia ingunalis, sedangkan 49 kasus
tanpa tindakan operasi. Dan dari 187 kasus 91 kasus terjadi pada tahun 2009 dan
pada tahun 2010 ada 96 kasus.
Dari
beberapa kasus, penyakit hernia yang sering muncul adalah Hernia Inguinalis.
75% dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul di daerah sekitar lipat
paha dengan perbandingan laki-laki dan wanita 7:1.
B. SARAN
Saran
yang dapat diberikan kepada pembaca khususnya penderita hernia adalah dengan
mengurangi aktivitas yang terlalu berat untuk mengurangi resiko Hernia yang
semakin parah atau ketika terjadi indikasi penyakit hernia, segera untuk
diperiksa oleh tim medis yang berkompeten di bidang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arief
Mansjoer . 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Long,
Barbara C. 1996. Perawatan Medilak Bedah. Bandung : YIAPK
Marilynn
E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Pendokumentasian Pasien,
ed.3. Jakarta. : EGC
Nettina.2002.
Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
Oswari.
2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : Penerbit FKUI
Sabiston.
1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
http://ppni_klaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=79:
hernia-inguinalis&catid=38:ppni-ak-category&Itemid=66
Berikut ini penjelasan mengenai jenis penyakit herpes dan beberapa cara mengobati penyakit herpes.
BalasHapus- Herpes Zoster merupakan infeksi yang disebabkan virus Varicella zoster yakni virus yang menyebabkan cacar air. Virus cacar air ini akan menetap di dalam sel saraf dan berdiam di sana, namun virus bisa berubah menjadi lebih aktif ketika virus menerima rangsangan, yakni disaat kondisi daya tahan tubuh tidak sehat disertai dengan stres.
wartadokter
rumah sakit ginekologi jakarta
chat now