Translate

Rabu, 13 Maret 2013

hernia


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Di Indonesia hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145 kasus. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas penderita selama bulan Januari - Desember 2007 diperkirakan 425 penderita. Peningkatan angka kejadian Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis di Indoneisa khusunya Provinsi Jawa Tengah bisa disebabkan karena ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dengan pesat, sejalan dengan hal tersebut, maka permasalahan manusiapun semakin kompleks, salah satunya yaitu kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Hal tersebut menuntut manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha yang ekstra, tentunya itu mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat yang dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh. Penyebab penyakit hernia yaitu dengan bekerja berat untuk memenuhi kebutuhan seperti mengangkat benda berat, kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang serat, yang dapat menyebabkan konstipasi sehingga mendorong mengejan saat defekasi. Selain itu, batuk, kehamilan, dapat juga berpengaruh dalam meningkatkan tekanan intra abdominal sehingga terjadi kelemahan otot “otot abdomen yang dapat menimbulkan terjadinya hernia inguinalis, yang dapat menjadi hernia scrotalis bila kantong hernia inguinalis mencapai scrotum. Bisa juga karena orang yang mempunyai penyakit dengan tonjolan dilipat paha kemudian dibawa ke dukun sebelum dibawa ke rumah sakit atau dokter. Ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu bila diketahui mempunyai penyakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang kadang kala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Dapat juga karena sebab didapat atau anomali congenital. Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Batang jumlah kasus Hernia Inguinalis pada bulan Januari - Desember tahun 2009 - 2010 terdapat 187 kasus. Dari 187 kasus, 138 kasus sudah dilakukan operasi hernia ingunalis, sedangkan 49 kasus tanpa tindakan operasi. Dan dari 187 kasus 91 kasus terjadi pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 ada 96 kasus. Berkaitan dengan meningkatnya angka kejadian hernia inguinalis setiap tahunnya baik karena faktor lanjut usia maupun faktor pekerjaan berat yang mempengaruhi kelemahan otot dinding rongga perut serta kelelahan dari berbagai organ tubuh
Penyakit  hernia, atau  yang lebih dikenal dengan turun berok,  adalah penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri, jika terjadi   infeksi  di dalamnya, misalnya, jika anak-anak penderitanya terlalu aktif.
Berasal dari bahasa Latin, herniae, yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding  rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus.
Hernia yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Penyakit hernia banyak diderita oleh orang yang tinggal didaerah perkotaan yang notabene yang penuh dengan aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas tersebut membutuhkan stamina yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus dipaksakan maka, penyakit hernia akan segera menghinggapinya.
Untuk itu perlu adanya pembahasan tentang penyakit hernia agar pembaca khususnya penderita penyakit hernia dapat lebih jelas mengenai penyakit hernia sehingga pertumbuhan penyakit hernia dapat berkurang dengan adanya kesadaran pengetahuan tentang penyakit hernia.


B.     RUMUSAN MASALAH
Pengertian, etiologi, klasifikasi, pathway / patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan hernia.

C.     TUJUAN
a.       Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan Hernia secara komprehensif.
b.      Tujuan khusus
Mahasiswa dapat mengetahui :
1.      Pengertian hernia
2.      Klasifikasi hernia
3.      Etiologi hernia
4.      Tanda dan gejala hernia
5.      Pathway/patofisiologi hernia
6.      Pemeriksaan penunjang hernia
7.      Penatalaksanaan hernia
8.      Komplikasi hernia
9.      Managemen keperawatan klien hernia











BAB  II
TINJAUAN TEORI

A.    PENGERTIAN
Pengertian Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang normal malalui sebuah defek konsenital atau  yang didapat. (Long, 1996 : 246). Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus  suatu  rongga melalui lubang. (Oswari, 2000 :  216).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara  normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 :  253). Hernia inguinalis adalah  hernia isi  perut yang tampak  di  daerah  sela  paha  (regio inguinalis). (Oswari,2000 : 216).
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis berobliterasi (paten). (Mansjoer, Arief, 200 : 382)

B.     KLASIFIKASI
Banyak   sekali   penjelasan   mengenai   klasifikasi  hernia menurut macam,   sifat   dan   proses   terjadinya. Berikut  ini penjelasannya :
Macam-macam hernia :
a.       Macam-macam hernia  ini   di   dasarkan  menurut  letaknya, seperti :
1.      Inguinal. Hernia inguinal ini dibagi lagi  menjadi :
·      Indirek/lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini  dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya pasien mengatakan turun berok, burut atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.
·      Direk/medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini  lebih umum pada  lansia. Hernia inguinalis direk secara  bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila  pasien berdiri atau mengejan, tetap  akan timbul  benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien  terlihat  adanya massa bundar pada  anulusinguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.
2.      Femoral : Hernia femoralis terjadi  melalui cincin femoral dan  lebih umum pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
3.      Umbilikal : Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia  ini terjadi pad sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
4.      Incisional : batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
b.      Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :
1.      Hernia bawaan atau kongenital
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek): Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak   dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan  menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan  timbul  hernia  inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan  tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan  timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
2.      Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat).
c.       Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :
1.      Hernia reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2.      Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3.      Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara), yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali  ke  dalam rongga perut  disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan  nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera. ( Long, 1996 )

C.     ETIOLOGI
a.       Hernia Inguinalis / Congenital
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat. Lebih banyak pada pria ketimbang pada wanita. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah  adanya   prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut (karena kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi dan miksi misalnya akibat hipertropi prostat) dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tetapi diperlukan faktor lain seperti anulus inguinalis yang cukup besar. Tekanan intraabdominal yang  meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi prostat, konstipasi dan ansietas  sering disertai hernia inguinalis.
Secara patofisiologi hernia inguinalis adalah prolaps sebagian  usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. Hernia inkarserata terjadi bila usus yang  prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum, kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah). Kelemahan  otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah apendiktomi.
b.      Hernia Femoralis
Umumnya dijumpai pada wanita tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali laki-laki. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Secara patofisiologis peninggian tekanan intra abdominal akan mendorong lemak pre peritoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Etiologi hernia yang lain :
·         Ada factor predisposisi
·         Kelemahan struktur aponeurosis dan fascia tranversa
·         Pada orang tua karena degenerasi/atropi Tekanan intra abdomen meningkat Pekerjaan mengangkat benda-benda berat Batuk kronik
·         Gangguan BAB, missal struktur ani, feses keras
·         Gangguan BAK, mis: BPH, veskolitiasis
·         Sering melahirkan: hernia femoralis (Oswari, 2000)

D.    TANDA GEJALA
a.       Nyeri abdomen generalisata
b.      Adanya benjolan di selakangan atau kemaluan ( lipat paha ) pada hernia femoralis.
c.       Mual muntah
d.      Hernia femoralis juga mungkin berisi kandung kencing, sehingga menimbulkan gejala sakit kencing atau disuria.
e.       Bila pasien mengejan atau batuk, benjolan hernia akan membesar. (Mansjoer, 2005)



E.     PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat  mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batukyang kuat atau  bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah  otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding  abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu  ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan  dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah, sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat  dalam perut  menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren. (Oswari, 2000).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi akan terjadi komplikasi. Akibat dari keadaan post operatif seperti peradangan, edema, dan pendarahan, sering terjadi pembengakakan skrotum setelah perbaikan hernia. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman. Peradangan tersebut menyebabkan vasokontriksi vaskuler sehingga aliran darah menjadi berlebihan dan menekan sistem syaraf. ( Long, 1996 )
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).

F.      PATHWAY
Kehamilan
Aktivitas berat
Batuk Kronis
Bawaan lahir
(kongenital)

Peningkatan Tekanan intraabdominal

Kelemahan dinding abdomen

Penurunan organ abdomen ke kantung peritonium
Peningkatan rangsang peristaltik usus
Mual, muntah
 
Hernia
Non operatif

Hindari angkat berat
Penggunaan Alat penyangga
Pemberian obat

Ansietas
 








Sumber : (Oswari, 2000), ( Long, 1996 )

Operatif

Nutrisi kurang dari keb.tubuh
Herniotomi, herniorafi, hernioplasti

Efek Ansietas

Kelemahan Fisik

Intoleransi aktivitas
Luka Insisi

Terbukanya jaringan

Resti Infeksi
Nyeri



Gangguan Istirahat/ Tidur




G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
·         Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi : Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
·         Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit. (ppni-klaten.com)

H.    PENATALAKSANAAN MEDIS
a.       Terapi konservatif/non bedah meliputi :
·         Pengguanaan alat penyangga bersifat sementara seperti pemakaian sabuk/korset pada hernia ventralis.
·         Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan Hernia inkaseata yang tidak menunjukkan gejala sistemik.
·         Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
·         Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengadan selama BAB, hindari kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
·         Hindari aktivitas-aktivitas yang  berat.
b.      Terapi umum adalah terapi operatif.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”.
·         Pra Operasi
-        Cegah menangis
-        Beri posisi semi-fowler (H. Diafragmatik), terlentang (H. Femoralis)
-        Lakukan perawatan rutin jalur IV. Pengisapan NG. Puaskan
-        Hindari tindakan sendiri (mis. Siagen, koin)
-        Jaga agar kontong atau visera tetap lembab
-        Gunakan tindakan kenyamanan
·         Pasca Operasi
-        Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
-        Berikan tindakan kenyamanan
-        Dukungan orang tua
c.       Jika suatu operasi daya putih isi Hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 mennit di evaluasi kembali.
d.      Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat sebaiknya  digunakan  marleks  untuk  menguatkan  dinding perut setempat.
e.       Teknik hernia plastik, endoskopik merupakan  pendekatan dengan pasien berbaring dalam posisi trendelernberg 40 OC.

I.       KOMPLIKASI
a.       Hernia berulang
b.      Kerusakan  pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki
c.       Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah
d.      Luka pada usus (jika tidak hati-hati)
e.       Setelah herniografi dapat terjadi hematoma
f.       Fostes urin dan feses
g.      Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

J.       MANAGEMEN KEPERAWATAN
a.       Pengkajian
1.      Pengkajian pasien pra operatif
·         Biodata / Identitas
·         Pengkajian gastro intestinal
a.       Status hidrasi
b.      Turgor kulit
c.       Membran mukosa
d.      Intake dan output
·         Abdomen
a.       Nyeri
b.      Bising usus
c.       Kembung
d.      Sistensi abdomen
e.       Muntah frekhdensi dan karakteristik
f.       Kram dan tenesinus
·         Psikososial
a.       Ketabahan
b.      Rewel
c.       Status emosional
2.      Pengkajian  pasien Post operatif (Doenges, 2000) adalah meliputi :
·         Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
·         Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
·         Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas); membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
·         Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
·         Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi  sitemik dan penundaan penyembuhan); Munculnya kanker /  terapi kanker terbaru; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat- darah / reaksi transfuse
Tanda :  menculnya proses  infeksi yang melelahkan  ;demam.
·         Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaa antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat obatan rekreasional.  Penggunaan  alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri  pasca operasi).
3.      Pemeriksaan Fisik
Inspeksi daerah inguinal dan femoral. Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di daerah inguinal. Biasanya, impuls hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Suruhlah pasien memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan pemeriksa didalam skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap keluar dan bantalan jari kedalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan hernia dilakukan dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak menimbulkan nyeri.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasa lebih nyaman.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan dignosis hernia inguinal indirek. ( Sabiston, 1994 )
b.      Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
Periode pre-operatif :
·         Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.
Periode post-operatif (Doenges, 2000).
·         Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
·         Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
·         Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
·         Intoleransi   aktivitas   berhubungan   dengan   kelemahan umum.
·         Kecemasan (ansietas ) berhubungan dengan prosedur pembedahan.
c.       Diagnosa perawatan Pre Operatif
Periode pre-operatif :
a.       Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.
Tujuan : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Kriteria Hasil :
-          Nafsu makan bertambah
-          Berta badan ideal
-          Nilai bising usus normal ( 6-12x per menit )
INTERVENSI
§  Kaji pola nutrisi klien
Rasional : membantu pemberian intake makanan
§  Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Rasional : meminimalisir kekurangan nutrisi
§  Catat laporan mengenai mual, muntah, atau distensi abdomen
Rasional : membantu dalam penegakan diagnosis
§  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antiemetik seperti ranitidine.
Rasional : mengurangi reflek mual yang menyebabkan muntah.
Periode Post Operasi (Doengoes 2000)
a.       Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil :
-          klien   mengungkapkan    rasa    nyeri berkurang
-          tanda-tanda vital normal
-          pasien tampak tenang dan rileks
INTERVENSI
§  pantau  tanda-tanda  vital,  intensitas/skala nyeri
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
§  Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
§  Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
§  Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman
§  Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasiona : analgetik berguna untuk mengurangi  nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
b.      Resiko terjadinya  infeksi berhubungan  dengan  luka insisi bedah/operasi.
Tujuan : tidak ada infeksi
Kriteria hasil :
-          tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
-          luka bersih tidak lembab dan kotor.
-          Tanda-tanda vital normal
INTERVENSI
§  Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan  adanya gejala infeksi  karena tubuh berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi peningkatan tanda vital.
§  Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : perawatan luka dengan  teknik  aseptik mencegah risiko infeksi.
§  Lakukan perawatan  terhadap  prosedur  inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
§  Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.
Rasional : penurunan Hb dan  peningkatan  jumlah leukosit dari normal membuktikan adanya tanda-tanda infeksi.
§  Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.





c.       Gangguan  pola  tidur  berhubungan   dengan   nyeri   post operasi.
Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil :
-          pasien  mengungkapkan  kemampuan untuk tidur.
-          pasien tidak merasa  lelah ketika bangun tidur
-          kualitas dan kuantitas tidur normal
INTERVENSI
Mandiri :
§  Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak, anjurkan latihan pada siang hari, turunkan aktivitas mental / fisik  pada sore hari.
Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang meningkatkan waktu tidur.
§  Hindari penggunaan ”Pengikatan” secara  terus menerus
Rasional : Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.
§  Evaluasi tingkat stres/orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.
Rasional : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif (sindrom sundowner) dapat melanggar   pola   tidur   yang mencapai tidur pulas.
§  Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan  pada pasien bahwa saat  ini  adalah waktu untuk tidur.
Rasional : Pengatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan. Catatan : Penundaan waktu tidur mungkin diindikasikan untuk memungkin pasien membuang kelebihan energi dan memfasilitas tidur.

§  Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dengan perasan mengantuk
§  Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.
Rasional : Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar mandi/berkemih selama malam hari.
§  Putarkan  musik  yang  lembut  atau   ”suara   yang jernih
Rasional : Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara-suara lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyeyak.
Kolaborasi :
§  Berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti amitriptilin  (Elavil); deksepin (Senequan) dan trasolon (Desyrel).
Rasional : Mungkin efektif dalam menangani pseudodimensia atau depresi, meningkatkan kemampuan untuk tidur, tetapi anti kolinergik dapat mencetuskan dan memperburuk kognitif dalam efek samping tertentu  (seperti hipotensi ortostatik) yang membatasi manfaat yang maksimal.
§  Koral  hidrat; oksazepam (Serax); triazolam (Halcion).
Rasional : Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam mengatasi insomia atau sindrom sundowner.
§  Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).
Rasional : Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang dikontraindikasikan karena obat ini mempengaruhi produksi asetilkon yang sudah dihambat dalam otak pasien dengan DAT ini.

d.      Intoleransi   aktivitas   berhubungan   dengan   kelemahan umum.
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil :
-          perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
-          pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
-          Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
INTERVENSI
§  Rencanakan periode istirahat yang cukup.
Rasional :  mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat  digunakan untuk aktivitas seperlunya secara optimal.
§  Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional : tahapan-tahapan  yang diberikan membantu proses aktivitas secara  perlahan dengan  menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
§  Bantu  pasien  dalam  memenuhi  kebutuhan sesuai kebutuhan.
Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
§  Setelah  latihan  dan  aktivitas  kaji respons pasien.
Rasional : menjaga kemungkinan  adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
e.       Kecemasan ( ansietas ) berhubungan dengan tindakan pembedahan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan, kecemasan teratasi.
Kriteria : Klien tampak rileks



INTERVENSI :
§  Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan.
Rasional : mengetahui apa yang di harapkan, dapat mengurangi kecemasan.
§  Evaluasi tingkat kecemasan, catat respon verbal dan non verbal.
Rasional : kecemasan dapat terjadi karena nyeri hebat.
§  Berikan medikasi kolaborasi dengan tim medis : diazepam.
Rasional : zat anti ansietas berguna untuk periode singkat menurunkan kecemasan.



















BAB  III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Di Indonesia hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145 kasus. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas penderita selama bulan Januari - Desember 2007 diperkirakan 425 penderita.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Batang jumlah kasus Hernia Inguinalis pada bulan Januari - Desember tahun 2009 - 2010 terdapat 187 kasus. Dari 187 kasus, 138 kasus sudah dilakukan operasi hernia ingunalis, sedangkan 49 kasus tanpa tindakan operasi. Dan dari 187 kasus 91 kasus terjadi pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 ada 96 kasus.
Dari beberapa kasus, penyakit hernia yang sering muncul adalah Hernia Inguinalis. 75% dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul di daerah sekitar lipat paha dengan perbandingan laki-laki dan wanita 7:1.

B.     SARAN
Saran yang dapat diberikan kepada pembaca khususnya penderita hernia adalah dengan mengurangi aktivitas yang terlalu berat untuk mengurangi resiko Hernia yang semakin parah atau ketika terjadi indikasi penyakit hernia, segera untuk diperiksa oleh tim medis yang berkompeten di bidang tersebut.








DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer . 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medilak Bedah. Bandung : YIAPK
Marilynn E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk  Perencanaan  Dan  Pendokumentasian  Pasien,  ed.3. Jakarta. : EGC
Nettina.2002. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
Oswari. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : Penerbit FKUI
Sabiston. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
http://ppni_klaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=79: hernia-inguinalis&catid=38:ppni-ak-category&Itemid=66

1 komentar:

  1. Berikut ini penjelasan mengenai jenis penyakit herpes dan beberapa cara mengobati penyakit herpes.
    - Herpes Zoster merupakan infeksi yang disebabkan virus Varicella zoster yakni virus yang menyebabkan cacar air. Virus cacar air ini akan menetap di dalam sel saraf dan berdiam di sana, namun virus bisa berubah menjadi lebih aktif ketika virus menerima rangsangan, yakni disaat kondisi daya tahan tubuh tidak sehat disertai dengan stres.

    wartadokter

    rumah sakit ginekologi jakarta

    chat now

    BalasHapus